Kamis, 16 Juni 2011

Nilai tukar rupiah stabil turunkan laju inflasi hingga 2,8%

NAMA : Panji Satria S
NIM   : 0910483112
Jakarta - Sejalan dengan terpeliharanya kestabilan nilai tukar rupiah, laju inflasi selama tahun 2009 secara berangsur-angsur terus menurun. Laju inflasi tahunan yang pada akhir tahun 2008 mencapai sekitar 11,1 persen, menurun menjadi 2,8 persen pada akhir tahun 2009.
"Angka ini di bawah sasaran yang ditetapkan pemerintah sebesar 4,5 persen," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika menyampaikan laporan RAPBN dan Nota Keuangan di gedung MPR/DPR RI, Senin (16/8).
Presiden menambahkan bahwa menurunnya laju inflasi sepanjang tahun 2009, sangat dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah.
Namun, pada tahun 2010 ini, laju inflasi diperkirakan cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas global, dan inflasi mitra dagang utama Indonesia.  Selain itu, perubahan iklim yang ekstrim juga telah berdampak pada menurunnya produksi pangan dunia.
"Penurunan produksi seperti gandum, gula dan jagung di tingkat global, berakibat pada meningkatnya harga pangan dunia dan mendorong terjadinya inflasi," ungkap Yudhoyono, seperti dilansir laman presidenri.go.id.
Oleh karena itu, pemerintah harus terus melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan dengan melakukan operasi pasar, menjaga kecukupan pasokan dan ketersediaan barang, mengamankan stok di daerah, menjaga kelancaran distribusi barang, mengembangkan sistem logistik nasional, dan mengintensifkan penyuluhan pertanian agar petani lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Di lain pihak, menurunnya tekanan inflasi sepanjang tahun 2009, telah direspon dengan penurunan BI rate sejak Januari 2009, dan mendorong suku bunga SBI 3 bulan rata-rata dalam tahun 2009, mencapai sekitar 7,6 persen. "Ini lebih rendah dari rata-rata suku bunga SBI 3 bulan tahun sebelumnya, tahun 2008, yang mencapai sekitar 9,3 persen," kata SBY.
Ulasan: menurunnya laju inflasi sepanjang tahun 2009, sangat dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah.



Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Mei 2008 Sebesar 1,41 Persen

 Nama : Ersa Maulana Sakti
 NIM  : 0910480058

Pada bulan Mei 2008 terjadi inflasi 1,41 persen. Seluruh 45 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh 3,78 persen dan inflasi terendah di alangkaraya 0,19 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok bahan makanan 1,72 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,86 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,58 persen, kelompok kesehatan 0,69 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,37 persen dan kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan 2,23 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok sandang 0,16 persen.
Laju inflasi tahun kalender (Januari-Mei) 2008 sebesar 5,47 persen, sedangkan laju inflasi “year on year” (Mei 2008 terhadap Mei 2007) sebesar 10,38 persen. Inflasi komponen inti pada bulan Mei 2008 sebesar 0,76 persen, laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-Mei) 2008 sebesar 4,32 persen, sedangkan laju inflasi komponen inti “year on year” (Mei 2008 terhadap Mei 2007) sebesar 8,69 persen.
Ulasan: Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa
1.      Artikel (III)
Laju inflasi tahun 2006 diperkirkan masih akan tetap tinggi, yang dipicu belanja publik (pemerintah) dalam APBN, disamping kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota TNI, dan Polri. Sementara pemicu inflasi dari aktivitas ekonomi masyarakat, akan terjadi sehubungan dengan kenaikan harga dua komoditas publik, Tarif Dasar Listrik (TDL) dan elpiji. Momentum penyelesaian akhir penyusunan RAPBN 2006 antara pemerintah dengan DPR, pada minggu terakhir Oktober 2005 diwarnai berita-berita yang amat mengkhawatirkan seputar tingginya laju inflasi pada bulan tersebut. Ini seperti mengingatkan pemerintah dan DPR tentang masa depan RAPBN yang sedang mereka godok, yang juga ditengarai dengan kemungkinan tingginya laju inflasi selama tahun 2006.
Sebagaimana diketahui, laju inflasi 2005 terus menerus meningkat dan semakin jauh meningggalkan asumsi APBN 2005. Pengumuman laju inflasi bulan Oktober 2005 dari Badan Pusat Statistik (BPS), seperti yang dilansir harian Suara Pembaruan, Selasa (2/11), bahwa laju inflasi selama bulan Oktober 2005 mencapai 8,7 persen, sedangkan laju inflasi Januari-Oktober 2005 mencapai 15,56%.
Menurut Kepala BPS, Choiril Maksum, seperti dilaporkan harian Media Indonesia, Rabu (2/11) laju inflasi Oktober 2004 dibanding Oktober 2005 (year on year) sebesar 17,89 persen merupakan laju inflasi tertinggi sejak tahun 2001. Demikian juga dengan laju inflasi bulanan, tingkat inflasi Oktober yang mencapai 8,7% merupakan laju inflasi bulanan tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi pada pembicaraan awal APBN 2006 direncanakan sebesar 7.0 persen. Namun setelah menimbang berbagai aktivitas ekonomi yang akan mempengaruhi kinerja inflasi, pemerintah dan DPR pada akhirnya menyepakati tingkat inflasi sebesar 8.0 persen. Penetapan 1% lebih tinggi dari pembahasan awal APBN 2006, dimaksudkan untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM yang dimungkinankan masih mempengaruhi tingkat inflasi di tahun 2006. Disamping itu, peningkatan ini juga untuk mengantisipasi meningkatnya anggaran belanja APBN, baik rutin maupun pembangunan yang akan memicu peningkatan konsumsi barang dan jasa oleh pemerintah.
Daya tahan tingkat inflasi sebesar 8 persen untuk tahun 2006, juga masih dipertanyakan sehubungan dengan besarnya warisan inflasi tahun anggaran 2005 yang diperkirakan mencapai 12 persen atau meningkat sebesar 3,4% dari yang ditetapkan APBN 2005 perubahan kedua, sebesar 8,6%. Bahkan, menurut perkiraan Bank Indonesia (BI), sebagaimana yang dilaporkan harian Suara Pembaruan, Rabu (20/10), laju inflasi tahun 2005 dapat mencapai 14%.
Kinerja inflasi 2006 yang ditetapkan pemerintah bersama DPR sebesar 8% juga tidak tertutup kemungkinan berakhir tragis seperti yang dialami APBN 2005. Pada awalnya, tingkat inflasi pada APBN 2005 ditetapkan sebesar 5,5 % yang kemudian diubah menjadi 7,5% pada APBN 2005 Perubahan (pertama). Namun kinerja laju inflasi yang terus menerus meningkat, membuat asumsi inflasi diubah menjadi 8,6 persen pada APBN Perubahan (kedua). Sementara realisasi laju inflasi menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sebagaimana yang dilaporkan Investor Daily, Senin (7/11), untuk kurun waktu Januari-Oktober 2005, sudah mencapai 15,65%.
Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator penting yang menentukan kinerja perekonomian sebuah negara. Penetapan laju inflasi yang tinggi pada APBN 2006 akan mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan, khususnya dalam penyaluran kredit ke sektor rill. Perbankan akan menyikapi tingkat inflasi yang tinggi sebagai tolok ukur dalam penentuan tingkat suku bunga kredit, yang sudah barang tentu berada beberapa persen di atas tingkat inflasi. Hal ini didukung pula oleh asumsi APBN 2006 terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk tiga bulan sebesar 9,5%.
Di sektor riil, inflasi yang tinggi akan menciptakan hambatan-hambatan dalam berinvestasi dan dalam melakukan ekspansi usaha. Hal ini diakibatkan tingginya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan perbankan, sementara tingkat pengembalian keuntungan dunia usaha tidak dapat melampaui tingkat suku bunga kredit, karena pada sisi yang lain, tingkat inflasi yang tinggi juga menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.
Picu-Picu Inflasi
Bertitik tolak dari besaran-besaran APBN 2006 yang telah disepakati pemerintah bersama DPR dalam Sidang Paripurna DPR, Jumat (28/10), dengan jelas memperlihatkan besarnya ancaman inflasi selama tahun anggaran 2006 mendatang. Ancaman inflasi ini datang dari sisi belanja APBN yang mengalokasikan dana yang sangat besar, baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Bertambahnya jumlah belanja pemerintah akan memicu peningkatan laju inflasi selama tahun 2006. Kepala Badan Pengkajian Ekonomi dan Kerjasama Internasional (BAPEKKI) Departemen Keuangan, Anggito Abimanyu, sebagaimana dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Sabtu (22/10), menyebutkan anggaran belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah meningkat hingga 1,5 kali lipat. Sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) meningkat hingga dua kali lipat.
Anggito Abimanyu lebih lanjut mengatakan, peningkatan anggaran ini diharapkan pemerintah menjadi stimulus dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Laju inflasi tahun 2006, diperkirakan akan meningkat sehubungan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan elpiji. Dua komoditi publik ini, tidak kalah strategisnya dengan BBM sehingga sangat dimungkinkan menciptakan efek domino yang memicu kenaikan harga-harga komoditi lainnya. Walau skala picunya lebih kecil dari yang ditimbulkan BBM, namun akan mendorong peningkatan harga barang dan jasa, kecuali komoditi yang tidak menggunakan jasa listrik.
Laju inflasi tahun 2006 juga akan dipicu kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Menteri Negara Perencanaan Pembangunan (PPN)/Kepala Bappenas, Sri Mulyani Indrawati, sebagaimana dilaporkan harian Media Indonesia, akan tetap menaikkan gaji PNS, anggota TNI dan Polri tahun 2006.
Seperti laju inflasi yang meningkat sejak September 2005 yang dipicu dana Bantuan Langsung Tunai (BLT), laju inflasi 2006 juga akan dipicu dana yang sama. Walaupun banyak pihak yang mengusulkan perubahan strategi penyaluran dana BLT, pemerintah tetap menyatakan sikapnya untuk melanjutkan penyaluran bantuan dalam bentuk tunai langsung. Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 17 triliun dalam APBN 2006 untuk BLT tersebut.
Disamping itu, potensi picu inflasi juga masih mungkin datang dari sektor BBM. Sebagaimana diketahui, tolok ukur penetapan jumlah subsidi BBM dalam APBN diukur berdasarkan asumsi harga minyak mentah dunia sebesar 57 dolar AS per barel. Bila harga minyak mentah dunia mengalami gejolak dan trend yang meningkat signifikan, maka pemerintah akan meninjau kembali harga BBM dan menyesuaikan dengan kemampuan subsidi yang telah disepakati dengan DPR. Bila harga BBM naik lagi pada tahun  2006, maka sudah barang tentu memicu inflasi.
Itu juga sebabnya mengapa Menko Perekonomian Aburizal Bakrie, tidak dapat memastikan apakah harga BBM naik lagi pada tahun 2006 atau tidak. “Kalau misalnya harga (minyak mentah) di pasar dunia naik, maka subsidinya akan naik. Kalau Harga minyak mentah tidak naik, tidak ada kenaikan (harga BBM). Tapi kalau (harga) minyak turun (harga BBM) juga turun,” kata Aburizal Bakrie, sebagaimana dikutip harian Bisnis Indonesia, Sabtu (15/10).
Hal yang sama juga dikemukakan Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada media  massa seusai berbuka puasa bersama di kediaman Ketua Dewan Penasehat DPP Partai Golkar, Surya Paloh, Selasa (1/11). “Kalau harga (minyak mentah dunia-red) turun di bawah US$50 per barel, kita pastikan (harga BBM-red) turun, karena bunyi Keppresnya demikian. Jadi, naik atau turun berdasarkan harga minyak mentah dunia-red) itu,” katanya. Maruasas Henry (Berita Indonesia)

               Ulasan: Laju inflasi yang masih tinggi disebabkan oleh belanja publik (pemerintah) dalam APBN yang sangat besar, kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota TNI, dan Polri. Sementara pemicu inflasi dari aktivitas ekonomi masyarakat, kenaikan harga dua komoditas publik, Tarif Dasar Listrik (TDL) dan elpiji

ELASTISITAS PENAWARAN DAN PERMINTAAN

nama : Afif Auliya
Nim  : 0910483084

ELASTISITAS
 
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran. Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau susidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan daerah
Pada elastisitas, terdapat dua macam bentuk elastisitas yaitu elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran.
A.    ELASTISITAS PERMINTAAN
Elastisitas permintaan adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas permintaan
1.      MACAM – MACAM ELASTISITAS PERMINTAAN
     Elastisitas harga permintaan merupakan perbadingan daripada price elasticity of demand (harga permintaan)
persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya
Macam-macam harga permintaan :
Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0)
permintaaninelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga yang terjadi  tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan (koefisien E = 0). Sebagai contoh adalah permintaan terhadap garam. Kondisi permintaan inelastis sempurna ini dapat dapat digambarkan ke dalam bentuk kurva berikut :
Permintaan inelastic (E<1)

persmintaan  inelastis terjadi jika perubahan harga  kurang berpengaruh pada perubahan permintaan. Nilai E < 1, artinya kenaikan harga sebesar 1 persen hanya diikuti penurunan jumlah yang diminta kurang dari satu persen, sebaliknya penurunan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah barang yang diminta kurang dari 1 persen. Sebagai contoh adalah permintaan masyarakat terhadap beras atau kebutuhan pokok lainnya
Permintaan elastis uniter (E=1)
permintaan elastis uniter terjadi jika perubahan permintaan sebanding dengan perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan uniter adalah satu (E = 1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh penurunan jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi permintan elastis uniter ini ditunjukkan oleh Gambar berikut

permintaan elastis (E>1)
permintaan elastis terjadi jika perubahan permintaan  lebih besar dari perubahan harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu (E > 1), artinya kenaikan harga sebesar1 persen menyebabkan kenaikan jumlah permintaan lebih dari 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi ini biasanya terjadi pada permintaan permintaan terhadap mobil dan barang mewah lainnya



permintaan elastis sempurna (E=~)
permintaan elastis sempurna terjadi jika perubahan permintaan  tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga. Kurvanya akan sejajar dengan sumbu X atau Q (kuantitas barang) seperti ditunjukkan pada gambar berikut : 

 
income elasticity of demand (pendapatan dari permintaan)
suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan
cross elasticity of demand (elastisitas silang)
para ahli ekonomi mencoba mengukur mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y
apabila hubungan kedua barang (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya  kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya
   
FAKTOR PENENTU ELASTISITAS PERMINTAAN  

Ø  Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
Ø  Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
Ø  Jenis barang dan pola preferensi konsumen
Ø  Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
                                  Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang

B.    ELASTISITAS PENAWARAN
Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk mengukur besar/kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas penawaran.

1.      Macam Macam Elastisitas Penawaran
Seperti dalam permintaan, elastisitas penawaran dapat dibedakan menjadi lima macam, Yaitu :
a.       Penawaran Inelastis Sempurna (E = 0)
Penawaran inelastis sempurna terjadi  bilamana perubahan harga yang terjadi  tidak berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Kurva penawaran sejajar dengan sumbu vertikal Y atau P (tingkat harga).
b.       Penawaran Inelastis (E < 1)
ü  Penawaran inelastis terjadi jika perubahan harga  kurang berpengaruh pada perubahan
ü  penawaran. Dengan kata lain, jumlah yang ditawarkan relatif tidak sensitif terhadap perubahan harga.

c.       Penawaran elastis uniter terjadi ketika perubahan harga  sebanding dengan perubahan jumlah penawaran

 
d.       Penawaran Elastis (E > 1)
Penawaran elastis terjadi jika perubahan  harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar.
e.       Penawaran Elastis Sempurna (E = ~ )
Penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan penawaran  tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga, sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu horisontal (X) atau Q (jumlah output yang ditawarkan). 
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
a.    Sifat ketahanan barang
Apabila suatu barang tidak tahan lama (mudah rusak/membusuk) seperti halnya hasil-hasil pertanian, maka barang tersebut cenderung memiliki penawaran yang inelastis. Barang tersebut biasanya tidak terlalu  sensitif terhadap perubahan harga. Sebagai contoh, peningkatan harga sayuran tidak  serta merta mengakibatkan perubahan (kenaikan) jumlah barang yang ditawarkan.
b.   Biaya dan kemudahan penyimpanan barang
Barang dengan biaya penyimpanan yang mahal cenderung memiliki derajat elastisitas penawaran yang rendah.
c.    Waktu
Dalam jangka pendek, penawaran cenderung inelastis karena tidak mudah bagi produsen untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan harga. Sementara itu, dalam jangka panjang, penawaran akan lebih responsif terhadap perubahan harga sehingga penawarannya lebih elastis.
d.   Sifat alamiah suatu barang
Produk-produk primer memiliki elastisitas yang rendah  (inelastis) dibandingkan dengan produk-produk manufaktur yang memiliki elastisitas penawaran yang tinggi (elastis) relatif terhadap perubahan harga.







DAFTAR PUSTAKA


Anonymous, B. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Elastisitas_%28ekonomi%29. Diakses tanggal 30 Maret 2011
Mangkoesoebroto, Guritno, 1993, ”Ekonomi Publik,” Yogyakarta: BPFE

Sudarman, Ari, 2000, ”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1, Yogyakarta: BPFE

PENAWARAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENAWARAN


nama : Mochamad Yusuf R
Nim   : 0910483109


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling berhubungan dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. adanya permintaan yaitu karena adanya suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu dimana harga merupakan suatu titik pertemuan atau ujung tombak dengan kegiatan penawaran dimana ketika harga suatu barang meningkat maka permintaan akan  menurun (berbanding terbalik dengan harga), dan ketika harga meningkat maka penawaran akan tinggi (berbanding lurus dengan harga).
Dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam tentang penawaran serta faktor-faktor dari penawaran. Dimana penawaran merupakan suatu kegiatan  yang dilakukan oleh produsen/penjual untuk menjual hasil produksinya pada watu,tempatdan harga tertentu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan suatu rangkaian dari keberlangsungan suatu kegiatan perekonomian dalam konteks sempit penawaran

BAB II
PEMBAHASAN

            Penawaran merupakan suatu kegiatan  yang dilakukan oleh produsen/penjual untuk menjual hasil produksinya pada watu,tempatdan harga tertentu. Sedangkan penawaran terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1.     1.  Penawaran sub marginal
 Penawaran yang dilakukan oleh penjual yang mampu menjual dibawah harga pasar , contohnya: tengkulak/distributor
2.     2.  Penawaran marginal :
Penawaran yang dilakukan oleh penjual yang mampu menjual sama dengan harga pasar.
3.     3.  Penawaran super marginal :
Penawaran yang dilakukan oleh penjual yang menjual produknya diatas harga pasar
4.    4.   Penawaran individu :
Penawaran yang dilakukan oleh satu individu
5.      5. Penawaran pasar :
Penawaran yang dilakukan oleh banyak penjual dipasar.

Penawaran berdasarkan elastisitasnya  penawaran yaitu:
1.     1.  Penawaran elastis
Penawaran disebut elastis apabila koefisien elastisitasnya lebih besar dari satu (Es > Artinya,persentasi perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih besar daripada persentase perubahan harga
2.     2.  Penawaran inelastis
Penawaran disebut inelastis apabila koefisien elastisitasnya lebih kecil dari satu (Es < 1). Artinya,persentasi perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih kecil daripada persentase perubahan harga
3.     3.  Penawaran elastis uniter
Penawaran disebut elastis uniter apabila koefisien elastisitasnya sama dengan satu (Es = 1). Artinya,persentasi perubahan jumlah penawaran sama de
ngan persentase perubahan harga.
4.      4. Penawaran Elastis Sempurna
Penawaran disebut elastis sempurna apabila koefisien elastisitasnya sama dengan tak terhingga (Es = ∞). Artinya,pada perubahan harga tertentu, kuantitas yang diminta berubah menjadi tidak terbatas
.
5.     5.  Penawaran Inelastis Sempurna
Penawaran disebut inelastis sempurna apabila koefisien elastisitasnya sama dengan nol (ES = 0). Artinya,berapapun besarnya perubahan harga, kuantitas yang diminta tidak akan berubah
 
HUKUM PENAWARAN
Hukum PenawaranHukum penawaran menjelaskan tentang hubungan antara harga dengan jumlah barang ataujasa yang akan ditawarkan. Hukum penawaran menyatakan bahwa antara harga dengan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan mempunyai hubungan positif atau berbandinglurus. Sedangkan bunyi dari hukum penawaran yaitu :
semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang bersedia ditawarkan
Berdasarkan hukum penawaran diatas maka dapat kita ketahui bahwa antara permintaan dan penawaran sangat berhubungan dengan erat dan harga merupakan faktor penentu dari besar kecilnya penawaran dan permintaan. Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dan penjual di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga. Sehingga terjadilah transaksi antara penjual dan pembeli. Berikut ini grafik dan tabel yang dapat meperjelas keterangan diatas

tabel penawaran

No

Harga (P)

Jumlah(Q)
1

Rp. 20.000

20
2

Rp. 40.000

40
3

Rp. 50.000

60
4

Rp. 80.000

80
5

Rp. 100.000

100
 
























GRAFIK PENAWARAN 


Dari tabel dan grafik diatas dapat kita simpulkan  Hukum penawaran menyatakan bahwa antara harga denganjumlah barang atau jasa yang ditawarkan mempunyai hubungan positif atau berbandinglurus . Hukum penawaran akan berlaku apabila kondisi ekonomi dalam keadaan ceteris paribus,artinya tidak ada perubahan pada faktor-faktor . kurva penawaran juga dapat mengalami pergeseran karena adanya perubahan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran selain faktor harga. Bergesernya kurva penawaran ditandai dengan bergeraknya kurva ke kanan atau ke kiri. Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran barang. Misalnya diperkirakan harga jeruk bulan depan akan naik karena harga pupuk naik. Kenaikan harga jeruk menyebabkan penurunan penawaran jeruk. Sehingga ketika diperkirakan harga di masa depan naik, maka penjual akan mengurangi jumlah barang yang dijualnya .

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN
1.     1.  Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.
2.     2.  Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
3.     3.  Pajak
Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang turun.
4.     4.  Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
5.     5.  Prediksi / perkiraan harga di masa depan
Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.
6. Keadaan cuaca/iklim/bencana dan keadaan geografisGrafik atau kurva penawaran adalah garis yang terbentuk karena adanya pertemuan antaraharga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø  >Penawaran merupakan suatu kegiatan  yang dilakukan oleh produsen/penjual untuk menjual hasil produksinya pada watu,tempatdan harga tertentu.
Ø  >Jenis penawaran: Penawaran sub marginal,Penawaran marginal,Penawaran super marginal,Penawaran individu ,Penawaran pasar.
Ø  >Hukum PenawaranHukum penawaran menjelaskan tentang hubungan antara harga dengan jumlah barang ataujasa yang akan ditawarkan
Ø  >Harga-harga barang lain, termasuk di antaranya harga bahan baku, juga ikut memengaruhi penawaran. Semakin mahal harga bahan baku, semakin mahal pula harga produk yang dihasilkan. Namun biasanya, kenaikan harga bahan baku cenderung mengurangi keuntungan yang diterima oleh produsen, sehingga produsen akan mengurangi tingkat produksi dan mengurangi tingkat penawaran.
>Faktor – faktor penawaran: Biaya produksi dan teknologi yang digunakan,Tujuan Perusahaan,Pajak,Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap,Prediksi / perkiraan harga di masa depan,Keadaan cuaca/iklim/bencana dan keadaan geografisGrafik atau kurva penawaran

DAFTAR PUSTAKA
1.    1.   Wikipedia.2011.penawaran @http://id.wikipedia.org/wiki/Penawaran. Diakses pada tanggal 16 maret 2011 pukul 19.00 WIB
2.     2. Godam64.2011. Pengertian Permintaan dan Penawaran, Hukum & Faktor Yang Mempengaruhi @http://organisasi.org/. Diakses pada tanggal 16 maret 2011 pukul 19.15 WIB
3.     3. Wapedia.2011.PENAWARAN , PERMINTAAN & HARGA @http://id.wapedia.org/penawaran. Diakses pada tanggal 16 maret pukul 19.19 WIB
4.     4.  Sadli,fadli. 2010. HUKUM PERMINTAAN PENAWARAN, KONSEP ELASTISITAS, MACAM-MACAM BIAYA, STRUKTUR PASAR DAN PENGERTIAN UANG.universitas Gunadarma.pdf.www.google.com/penawaran dan faktor-faktor penawaran. Diakses pada tanggal 17 maret 2011 21.00